on Minggu, 11 September 2016
Pergilah sejauh mungkin, agar kamu tau arti dari nikmatnya pulang . . .

Hari Jum'at tanggal sembilan, bulan sembilan, tahun dua ribu enam belas. Tepat jam setengah empat sore jalanan terlihat tersendat padat disana sini tetapi cuaca cukup bersahabat sore itu, tidak ada awan hitam maupun kilatan petir menghiasi langit Ibu Kota. Padahal hari-hari sebelumnya hujan selalu turun membasahi atap-atap dan badan-badan gedung yang menjulang tinggi ke langit dengan begitu lebatnya, sampai-sampai salah satu daerah sebelah Selatan yang termahsyur dengan Kuta-nya Ibu Kota sempat kebanjiran. 

Jam setengah empat lebih tujuh menit Abang Go-Jek datang menjemput, waktunya Pulang

Aplikasi Go-Jek di layar telpon genggam pintar menunjukan tarif sebesar enam ribu rupiah, murah. Memang sih pemesanan tidak dilakukan dalam jam sibuk, jaraknya pun tidak terlalu jauh. Hanya dari gedung beratap biru yang bertempat di salah satu kutub kawasan segitiga emas menuju salah satu cafe di suatu jalan yang dimana disitu juga terdapat gedung kantor kerajaan bisnis salah satu orang terkaya di Indonesia, beliau juga kebetulan mantan ketua persatuan olah raga yang selalu membanggakan Indonesia dimana stasiun televisi miliknya selalu menyiarkan langsung event-event olah raga tersebut. 

Di jaman serba modern ini dimana teknologi sudah serba maju tentunya akan selalu memudahkan kehidupan kita, salah satunya Go-Jek yang mengantarkan saya ke pool travel yang terletak di cafe yang telah saya jelaskan sebelumnya. Hebatnya Go-Jek telah menjadi Unicorn pertama yang berasal dari Indonesia, Unicorn adalah perusahaan start-up yang memiliki nilai valuasi sebesar $ 1 miliar. Nadiem Makarim yang merupakan Chief Executive Officer (CEO) dan co-founder dari Go-Jek mengatakan bahwa perusahaannya berencana untuk berekspansi ke negara-negara Asia Tenggara.

Perkembangan teknologi juga tentunya akan meningkatkan kecepatan dan membuat waktu semakin efisien, tetapi hal itu jika tidak di imbangi oleh budaya semangat tepat waktu hanya akan menjadi hal yang sia-sia saja. Seperti travel yang saya pakai untuk Pulang ini tetap saja ngaret dari jadwal yang sudah perusahaan travel tersebut tetapkan. Padahal dari tiket yang saya dapatkan dari aplikasi pemesanan tiket online jadwal keberangkatannya adalah tepat jam empat sore, tetapi mobilnya baru datang dan kemudian berangkat ketika jam di telpon genggam pintar menunjukan jam setengah enam kurang lima menit. Walau se ngaret bagaimanapun armada yang bisa mengantarkan kita untuk Pulang akan selalu dicari, terlebih di libur akhir pekan yang panjang menyambut Lebaran Idul Adha.

Sebenarnya jam pulang kantor adalah tepat pukul setengah lima sore, tapi saya keluar satu jam lebih awal dengan tujuan agar bisa menghindari macet di jalan-jalan yang akan di lalui oleh para pemudik. Tetapi apa daya dengan ngaret nya travel yang saya pakai membuyarkan semua rencana, bayang-bayang keganasan macet Lebaran Idul Fitri langsung mendatangi pikiran, kekesalan berkecamuk di dalam dada. Tetapi Alhamdulillah ternyata itu hanya sebatas ketakutan semata, ternyata jalan-jalan yang di lalui lancar-lancar saja tanpa ada kemacetan yang berarti. Padahal mobil travel yang saya pakai harus terlebih dahulu melewati Planet Lain sebelum masuk kedalam wilayah Priangan. Sekitar jam setengah sepuluh kurang sepuluh menit saya sudah menginjakkan kaki di kota kelahiran yang tetap dan akan selalu melibatkan perasaan. Alhamdulillah

Sabtu tanggal sepuluh, bulan sembilan, tahun dua ribu enam belas adalah hari yang saya tunggu sejak tujuh hari sebelumnya karena hari itu adalah hari besar untuk para penggemar olah raga sepak bola, banyak pertandingan yang bisa di bilang merupakan pertandingan big match di siarkan oleh stasiun televisi kesayangan mulai dari sore hari sampai dengan tengah malam. Termasuk klub sepak bola favorit saya yaitu Persib Bandung dan Liverpool. Semoga kedua klub tersebut bisa memenangkan pertandingannya. Amin

Hari Sabtu adalah hari malas se dunia yang akan selalu dirayakan oleh para pekerja dimanapun mereka berada, termasuk bagi saya sendiri. Pagi itu saya bangun telat seperti biasanya, baru sekitar jam setengah sepuluh saya baru tersadar dari mimpi-mimpi indah yang absurd. Mirisnya salah satu teman kantor saya harus masuk kerja pagi itu, dia memposting sebuah momen di akun media sosialnya sedang melakukan tes patch terbaru untuk aplikasi yang selalu di gunakan sehari-hari dalam pekerjaan. Saya hanya bisa tertawa prihatin sambil memberikan comment kata-kata penyemangat dan emoticon tertawa dalam postingannya tersebut.

Setelah melakukan berbagai ritual yang selalu dilakukan oleh umat manusia di dunia ini, saya langsung membuka laptop yang selalu setia menemani semenjak masa perkuliahan. Rencananya saya mau menonton film Korea, tetapi sebelumnya saya sempatkan untuk membuka blog ini terlebih dahulu untuk sedikit menulis cerita. Film Korea adalah salah satu film yang saya senangi, saya mulai mengenalnya pada masa perkuliahan dulu. Film komedi romantis adalah genre yang selalu saya tonton. Ini film Korea loh yah, bukan drama Korea yang ber episode-episode itu. Pada dasarnya saya merupakan orang yang sentimentil, yang mudah tersentuh akan kejadian-kejadian tertentu dalam perjalanan cerita film. Terlebih film tersebut mendayu-dayu yang bisa merobek-robek hati penontonnya.

Sebagian ingatan memiliki cara untuk terus bertahan di dalam kepala dan scene-scene cerita dalam film yang kita tonton bisa menjadi peletup ingatan itu muncul, baik kebahagiaan atau kesengsaraan. Ending film yang bahagia pasti menyenangkan hati kita dan terkadang kita bisa mengkhayalkan kejadian dalam film itu bisa terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari. Tetapi pada akhirnya kita harus menyadari toh itu hanya film semata yang dimana sudah di susun sedemikian rupa alur dan jalan ceritanya oleh penulis skenario dan sutradara.

Entah darimana rasa itu datang, kapan menghampiri dan kenapa sampai sekarang tidak mau pergi. Ingatan saya terhadap kamu terkadang selalu menghujam datang secara tiba-tiba, padahal belum tentu kamu akan teringat juga dengan saya. Seperti yang sudah di ceritakan dalam tulisan saya sebelumnya, saya juga tidak mengerti apakah itu random atau semu. Suatu yang pasti itu semua di atur sesuai kehendak-Nya. Biarkan saja sekarang saya merasakan sesaknya rasa rindu yang mungkin kamu tidak mau memilikinya. Ketahuilah menunggumu dengan penuh keyakinan itu tidak mudah, rasa ragu selalu datang menerpa. Tetapi saya yakin pada akhirnya setiap jalan pasti akan mencapai ujungnya dan setiap pencarian pasti akan mendapatkan suatu yang di cari. Setiap penantian akan berakhir manis dan setiap usaha akan menemukan hasil. Semoga do'a-do'a yang saya panjatkan bisa menjadi salah satu alasan kita dipertemukan. Ikhlasku jika harapan dan do'a itu diganti dengan seseorang yang menurut Tuhan lebih baik.

Mencintai seseorang, mengejar hingga mendapatkannya terkadang tidak selalu menjadi hal yang baik. Ada kalanya kita hanya perlu tetap menjalani hidup dan biarkan Tuhan yang mengambil alih. Karena belum tentu seseorang yang kita inginkan juga menginginkan kita. -Ditto-

Mungkin saja jaman modern dengan perkembangan teknologi dimasa depan bisa membantu kita dalam hal urusan hati. Bisa membantu saya bertemu dengan kamu, seperti Go-Jek membantu penumpangnya sampai ke tempat tujuan. Bisa membantu saya dan kamu membuat ending yang menyenangkan seperti dalam film-film Korea ber-genre komedi romantis yang sering saya tonton di hari malas se dunia. Dan pada akhirnya semoga ritual Pulang saya di masa depan hari-harinya bisa di habiskan juga bersama dengan kamu. Amin. Semoga saja.

Sabtu malam Persib kalah 3-0, saya kecewa seperti chat yang tak terbalas. Dan Liverpool menang 4-1, saya bahagia seperti akan bertemu denganmu.

Pages

@IoAddakhil. Diberdayakan oleh Blogger.