on Kamis, 28 November 2013
“Bangun ! imam besar, makmum udah nunggu nih…” bisikan lembut yang mengikuti kecupan dipipiku itu membuatku tak bisa menolak untuk membuka mataku yang masih lengket ini. Kulirik jam di dinding oranye kamar tidur kami dengan seperempat mata terbuka. Pukul tiga pagi.

“Setengah  jam  lagi  yah  makmum  Cantik,  Imam  Besar  masih  ngantuk berat nih…!” kututupkan lagi selimut yang tersingkap ini ke kepala ku.

“Gak  mau,  harus  bangun  sekarang,  ntar  kucubit  lo!”  kali  ini  rengekan manja ini tak bisa kutolak lagi. Dengan bergaya sempoyongan ku melangkahkan ke kamar mandi untuk berwudhu. “Eh…selimutnya gak usah dibawa sayang…!

Pagi  ini  aku  berpura-pura tampak capek. Setelah tidurku tadi malam “terganggu” untuk shalat malam, disambung shalat subuh. Dan “terpaksa” membaca satu juz Al-Qur’an agar aku tidak terlelap lagi. Dengan gaya kuyu aku duduk di depan meja makan menanti sarapan yang disiapkan istriku. Hari ini aku berangkat pagi. Ada rapat.

“Pagi Kanda…pagi ini Dinda buatkan sop pavorit Kanda, biar gak ngantuk lagi.” Senyum manis istriku sudah menyambutku di ruang makan. Aku masih pura-pura sebal. Padahal senyum itulah yang membuatku tak bisa pergi lama darinya dalam dua tahun terakhir ini.

Aku teringat ketika pertama kali kami bertemu. Sebenarnya bukan yang pertama, dia adalah teman SMP ku. Namun sejak lulus SMP kami tak pernah berjumpa sampai kami bertemu diruang Poliklinik Umum RS Dr.Sardjito. Secara kebetulan, sebuah skenario yang indah dari Sang Maha Sutradara. Perjumpaan yang akan mengubah jalan cerita hidupku.

Perutku yang melilit-lilit sejak pagi memaksaku untuk terpaksa menginjakkan ke tempat yang paling aku benci, rumah sakit. Mungkin karena sehari sebelumnya aku dan teman-teman jurusan mesin berpesta di rumah salah satu teman yang telah di wisuda. Seperti biasa anak-anak mesin yang 98,57 persen laki-laki pasti akan melakukan sesuatu yang “radikal” walau kadang konyol. Sesuatu yang dianggap sebagai permainan untuk membuktikan “kejantanan” yang kadang tidak jelas parameternya. Kemenanganku di lomba makan sambal yang mengerikan itu telah mengantarkanku ketempat yang kubenci ini. Walaupun akhirnya peristiwa itu amat kusyukuri.

Waktu itu aku belum lulus, walaupun angka sepuluh menempel dengan malu-malu di semester yang sudah aku tempuh. Biasa anak Mesin memang lambat lulus, begitu biasanya aku berapologi. Walaupun sebenarnya sudah banyak temanku yang lulus. Termasuk yang menyediakan “Pesta Sambal” itu. Ketika aku melangkah masuk keruang periksa, kulihat senyum yang tidak akan pernah kulupakan. Yanti, temanku SMP dulu, aku tidak akan lupa. Meskipun kini dia memakai kerudung besar di kepalanya. Itulah satu-satunya perubahan besar yang tampak padanya. Sebentar, dia juga bertambah cantik!

“Masya Allah, Tyo ya ? Assalamualaikum…kena apa ?” kata-kata pertama setelah delapan tahun tak bertemu. Waktu itu aku tak banyak bicara, keterkejutan dan sesuatu bergemuruh dihatiku membuatku menjadi pendiam. Bahkan ketika dia mulai “menginterogasi” gejala sakitku aku hanya menjawab sepotong sepotong. Padahal biasanya aku sangat rewel bila diperiksa.

Ketika itu Yanti masih ko-as. Setelah wisuda menjadi S.Ked. beberapa bulan sebelumnya. Entah mengapa sejak pertemuan itu, aku selalu jadi ingin bertemu dengannya. Padahal saat itu aku sudah punya pacar, Kristin.

Ya, saat itu pergaualanku sangat bebas. Aku tak perduli ketika banyak temanku  yang  “alim” mempertanyakan  hubunganku  dengan  Kristin  yang Khatolik itu. Waktu itu tak masalah bagiku pacaran dengan gadis yang berbeda agama. Toh belum tentu menikah.

“Ah, jangan fanatik, dosen kita aja ada yang istrinya beda agama. Dan mereka oke-oke saja.” Argumen yang selalu aku pakai untuk menepis suara miring tentang Kristin. Namun akhir-akhir itu Kristin agak menjauh dariku setelah aku menolak ikut acara natalan bersama keluarganya. Entahlah walaupun dari sentuhan religius, aku masih merasa perlu untuk tetap konsisten sebagai orang Islam. Aku pernah dengar ada kiyai yang melarang  umat Islam ikut natalan.

“Wah…males Kris. Lagian aku kan orang Islam. Aneh kalo ikut natalann nanti dikira murtad aku…”

Kristin yang mulai berlalu dan perjumpaan yang berkesan di Poliklinik, semakin membuatku mantap untuk mendekati Yanti. Kupikir ini seperti mengungkapkan cinta yang dulu tak terungkapkan saat SMP. Dulu aku memang pernah menyukai Yanti ketika SMP. Namun cinta monyet segera berlalu. Di SMA aku berpacaran dengan Erlin, Julia, Anna…wah aku memang “buaya”!

Yanti memang tak secantik Kristin yang aduhai itu. Tapi senyumnya yang ikhlas dan natural tanpa sapuan kosmetik itu benar-benar membuatku “melayang”. Entahlah seharusnya aku tidak tertarik pada penampilannya yang “Full Cowled”. Kurasa ada “Something Wrong” pada hatiku. Biasanya aku hanya mengejar gadis untuk “having  fun”. Dan tentu saja gadis yang bisa diajak “having  fun” bukan tipe seperti Yanti  ini. Aku tahu karakter orang-orang berkerudung besar seperti Yanti ini. Mereka anti pacaran !

Karena itu aku mencari metoda pendekatan lain. Kukirim SMS dengan pesan-pesan religius yang kudapat dari anak-anak SKI dan buku-buku agama. Aku kadang sekedar mampir kerumahnya dengan berjuta alasan agar bisa bertemu. Mengajak reuni, atau sekedar menanyakan khabar. Dan tentu saja aku harus tampil dengan penampilan yang menunjang. Harus tampil religius. Baju koko plus peci pinjaman jadi modal meyakinkan. Itupun aku tak pernah bisa  ngobrol  berdua. Yanti selalu mengajak ibunya ikut berbincang. Wah aku jadi keki. Ilmu “menggombal buaya-ku” tak bisa kupakai! Tapi tetap saja aku senang. Melihat senyumnya saja membuatku melihat dunia dua kali lebih indah! Suer!

Setelah berjalan sebulan aku muali yakin bahwa aku jatuh cinta beneran sama Yanti. Kubulatkan tekad untuk menyatakan hatiku padanya. Dengan segenap pengalamanku sebagai “buaya”, kutulis sepucuk surat cinta penuh rayuan gombal yang sampai sekarang masih kami simpan sebagai kenangan. Biasanya kalau aku lagi ngambek, Yanti akan membacakan surat itu keraskeras. Dan tentu saja itu akan mengakhiri mendung di hatiku.

Kukirim surat itu melalui kurir, Udin, seorang ko-as teman SMA-ku. Kupesan agar jawabannya kalau bisa segera. Udin sih oke-oke saja, jajan bakso di Gejayan pasti tidak bisa ditolaknya.

Jantungku berdegup keras ketika Udin meneleponku dan mengatakan Yanti ingin bertemu di bangsal anak satu jam lagi. Degg…satu jam yang sangat lama bagiku. Aku terus berdo’a, “Ya Allah jadikanlah cintaku bersambut cintanya…” ya, kadang-kadang akupun masih ingat Tuhan, terutama disaatsaat tak ada cara lain didalam benakku selain do’a.

Selasar didepan bangsal anak. Peristiwa yang sangat berkesan didalam hatiku. Dengan penampilan yang “meyakinkan”. Baju koko terbaru, dan rambut terpotong rapi, aku melangkah menemui Yanti yang sudah menunggu. Dia masih menggunakan jas praktikum putihnya. Senyumnya sudah mengembang melihat kedatanganku, wah prospek cerah nih !

“Assalamualaikum…sudah baca surat ku khan ?” sapa ku dengan salam. Sesuatu yang amat jarang aku ucapkan.

“Waalaikumsalam. Sudah. Jadi Tyo suka sama saya, cinta sama saya ?” suara lembut seperti seorang ibu  yang menghadapi anak nakalnya. “Terus, sekarang Tyo mau apa ?”

“Ya, terus gimana dengan Yanti ? Yanti terima tidak cinta saya ?” Gleg. Lidahku kelu. Padahal biasanya menggombal adalah keahlianku. Namun kali ini aku benar-benar kena batunya!

“Tentu saja Yanti terima cinta Tyo. Terus habis itu gimana ?” masih dengan senyum lembut yang membuatku hampir tak bisa bicara.

“Ya…terus  kita  jadian.  Kau  jadi  pacarku  begitu…”  jawabku  ragu.  Ingin
kutelan  kalimat  yang  baru  saja  meluncur  dari  mulutku.  Mengingat  aku  tahu
karakter orang-orang seperti Yanti yang anti pacaran.

“Wah, kenapa pacaran ? gimana kalau kita nikah saja ?”

Deg, aku hanya berdiri kaku. Menikah  ? sebuah tantangan yang baru pertama kali ini ku terima. Hari itu “si buaya” benar-benar KO! Aku tak habis pikir. Selama karirku menjadi “buaya”, tak satupun gadis yang berani menantangku untuk menikah. Apalagi saat di “tembak”.

“Me…menikah ? wah, kalau begitu a…aku pikir-pikir dulu…” pikir-pikir ? sebuah jawaban yang tidak bermutu setelah pernyataan cinta yang menggebugebu. Namun, hanya itulah amunisi kata-kata yang kupunyai saat itu. Sementara amunisi lain sudah lenyap karena memang kondisi yang di prediksikan tidak sesuai kenyataan.

Menikah aku harus berani. Tak peduli apa kata orang. Aku sudah jatuh cinta beneran sama Yanti. Masak “buaya” takut di tantang menikah. Tetapi kemudian aku teringat dengan cerita-cerita sumbang tentang pernikahan. Orang yang menikah akan di bebani tanggung jawab. Harus setia. Harus punya pekerjaan. Harus ini. Harus itu. Nanti kalau punya anak kan repot. Perlu biaya besar dan segala macam problema rumah tangga yang kudengar dari mereka yang “berpengalaman” menikah, menghantui pikiranku.

Dan yang jelas setelah menikah aku tidak bebas lagi. Itulah yang terlintas di benakku. Aku mulai ragu. Apalagi sehari setelah peristiwa itu, Kristin mengajak baikan. Aku semakin bingung dan kacau. Disatu sisi jujur kuakui aku sangat takut menikah. Disisi lain aku benar-benar “terobsesi” pada Yanti. I’m trully, madly, deeply, do love her. Pusiinggg…aku mulai takut dan  kacau. Kuliah yang tinggal mengulang sering kutinggalkan. Aku lebih sering membaca buku. Di kos, perpus dan bahkan di toko buku. Temanya tentu saja
pernikahan. Namun semua buku itu hanya membuatku semakin pening. Ada yang bilang menikah disaat kuliah itu sangat mendukung perkembangan jiwa sesorang. Namun di lain buku ada yang menulis bahwa menikah diusia muda hanya akan membawa perceraian dan ketidakbahagiaan.

Akhirnya kuputuskan untuk berpikir sendiri. Sepekan penuh aku berfikir keras. Bahkan laporan praktikum pun harus menunggu. Kucoba menata satupersatu masalah dan potensi yang akan kuhadapi dan aku punyai untuk menikah. Masalah ? tentu saja ada, karena aku masih kuliah, orang bilang kalau menikah saat kuliah akan berantakan salah satunya. Ah, itu Cuma kata orang. Yang lain juga bilang kalau menikah di saat kuliah justru akan membuat kita lebih dewasa.

Kurasa masalah lain yang jauh lebih besar adalah bahwa aku belum punya penghasilan. Kata orang kalau menikah, seorang laki-laki harus menafkahi istri dan keluarganya. Wah, bagaimana mau menafkahi sementara
aku belum kerja. Tapi kurasa babe-ku tidak keberatan untuk melipatduakan dana kiriman bulanan. Selain beliau cukup berada untuk mensuplai dana buatku, beliau juga pernah berkata bahwa, jika kau menikah dan belum punya pekerjaan beliau akan membantu.

Setelah sekian waktu berpikir keras, aku menyerah. Kurasa otak-ku tak kan mampu mengeksekusi sebuah keputusan untuk menikah atau tidak. Ditengah keputusasaanku aku teringat Udin. Kurasa dia bisa membantuku untuk memecahkan masalah ini. Aku selalu percaya anak-anak SKI dan alumninya mempunyai kebijakan yang bisa diandalkan untuk memecahkan masalah-masalah rumit. Mereka punya intuisi yang menakjubkan untuk menghadapai masalah yang berat sekalipun. Aku meminta pertimbangan pada Udin yang alim ini. Udin hanya terwata. “Shalat Istikharah aja, minta petunjuk sama Tuhan.”

Kuputuskan untuk mengikuti saran Udin. Kuambil air wudhu dengan sempurna dan aku shalat dengan khusyuknya. Kurasa itu adalah shalat yang paling khusyuk sepanjang hidupku. Kupasrahkan segalany  pada-Nya. Jikalau Yanti yang terbaik untukku maka kuatkanlah tekadku untuk menikah dengannya. Jikalau bukan maka, biarkanlah kami menjadi sahabat yang sejati. Sebuah do’a yang tak pernah keluar dari dalam hatiku sebelumnya. Namun kini do’a ini amat kusyukuri. Mungkin ini salah satu do’a terbaik sepanjang hidupku.

Esok pagi aku bangun dengan cerah. Tekadku bulat. Tuhan dan cintaku akan menguatkan kelemahanku! Akan kupenuhi tantangan Yanti. Maukah kamu menikah dengan  ku ? kalimat itu terus terucap  dihatiku. Kutelepon orang tuaku. Dan mereka memberiku lampu hijau. “yang penting kamu harus lulus kuliah.” Ya, untungnya orang tuaku permisif untuk urusan ini. Kebetulan keluarga orang tuaku punya kultur menikah di usia muda, dan ini  kusyukuri sampai saat ini. Tak lupa beliau berdua mengcapkan selamat atas keberanianku
untuk menikah. Selama ini beliau berdua selalu mendesakku untuk menikah, tapi aku selalu menjawab, “Ntar, kalo udah lulus…”

Kukurim SMS kepada Yanti. Aku ingin bertemu dengannya di tempat yang sama saat Dia menantangku. Didepan Bangsal Anak. Kubilang aku ingin menyampaikan sesuatu pernyataan penting.

Walaupun hatiku sudah sangat mantap, jantungku masih saja berdegup keras. Dihatiku masih berlintasan berbagai pertanyaan. Bagaimana kalau Dia menolak ?  kalau setuju bagaimana nanti kesiapanku ? Ah, kutepis semua pertanyaan itu. Kalaupun Dia menolak artinya Tuhan belum menentukan Dia sebagai jodohku. Tentang bagaimana nanti, kupasrahkan pada Tuhan. Entahlah, aku lebih religius setelah bertemu dengan Yanti.

Kali ini aku tampil sederhana, aku pasrah pada Tuhan. Aku merasa ringan dan bersih. Kaos lengan panjang hitam, celana kargo dan sandal gunung. Sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Aku ingin tampil apa adanya, inilah aku, dengan segala kekuranganku.

Dan selasar didepan Bangsal Anak menjadi saksi. Dengan bergetar, Bismillah kukatakan “Yanti mau kah kau menjadi istriku ?” pernyataan yang terlalu lugas buat seekor “buaya” seperti aku. Namun saat itu hanya itulah kata-kata yang kumiliki. Sebuah ungkapan terjujur yang pernah kuungkapkan pada gadis yang kucintai.

“Saya bersedia…menjadi istri Tyo. Tapi syaratnya…Tyo harus mengaji…” kali ini jawaban Yanti sangat serius. Senyum yang biasanya menghiasi wajahnya menghilang. Suaranya bergetar terbata-bata, seperti suaraku saat mengucapkan pernyataan berat itu dengan serak. Mata indahnya berkaca-kaca.

Dunia seakan lepas dari kaki ku. Semua beban lenyap tak bersisa. Aku mau teriak pada seluruh dunia sebuah proklamasi “Aku cinta Yantiiii…” namun kesadaranku masih bersamaku. Aku masih ingat dimana aku berada. Ku ambil napas panjang, “Alhamdulillah…ya tentu saja aku mau mengaji…”

Sore itu kutraktir Udin atas suksesnya lamaranku. “Wheii…Masya Allah. Selamat ya!” Udin menepuk bahuku dengan bangga. Aku juga bangga dan bahagia.

“Wah kalo begitu nanti, pas walimahannya aku mau jadi event organizer-nya.” Tawaran yang pasti takkan kutolak. Setidaknya Udin-lah mak comblangku. Hari ini sekerat ayam goreng dimulutku terasa sangat  enak. Mungkin yang terenak yang pernah kurasakan.

Pagi itu kuterima SMS dari Yanti. “Ngajinya mulai nanti sore, lho. Nanti jemput Udin di depan parkiran  RS jam 4 sore.” Hah? Ngaji sore-sore? Lagian bukannya ngaji bisa sambil nonton teve. Kayak pengajiannya Aa Gym ? Padahal sore ini aku mau latihan basket. Aku bingung sesaat, namun demi cinta apapun kan kujalani…huiii gombal !!!

Sore itu kujemput Udin. Kami melaju menuju tempat yang ditunjukkan Udin. Sebuah rumah kos kecil di Pugong. Aku heran, tak ada tanda-tanda orang akan pergi mengaji ke situ.

“Mana pengajiannya, Din ? kok sepi ?” tanyaku ragu. “Didalam. Dah masuk ajah.”

Ternyata yang disebut pengajian oleh Yanti, jauh berbeda dengan apa yang aku bayangkan. Sebuah pertemuan kecil. Lima orang dengan salah satunya menjadi pemateri. Dan semuanya mahasiswa! Tak ada kiyai yang kubayangkan mengisi pengajian ini. Dan temanya pun sangat berbeda dengan pengajian yang kukenal.  Disini kami juga membahas politik aktual. Sesuatu yang tabu dibicarakan di pengajian umum.

Aku mudah merasa include dengan mereka meski semua itu asing bagiku. Dengan segala ke-alim-an, keramahan, keterbukaan, mereka membuatku yang masih beginner ini, tidak merasa tertinggal jauh. Tak ada kesan arogan dan merasa lebih senior pada mereka. Walaupun jelas, aku tidak ada apa-apa nya dibanding mereka. Baik politik, apalagi agama.

Dan saat yang agung dalam hidupku itu pun tiba. Setelah sebulan sejak aku  melamar Yanti, kami menikah. Suasana yang begitu sakral kurasakan. Setelah ikrar agung itu ku-ucapkan dan Yanti mencium tangaku pertama kalinya. Tak kuasa kutahan air mata haru dan bahagiaku. Senyum photogenicku berantakan ketika Udin memfoto kami berdua.

“Hoi,  jangan  nangis,  ini  kan  hari  bahagia.”  Udin  terus  saja  menggoda kami.

Ya, sejak saat itulah perjalanan hidup kami lalui bersama. Aku terus berproses menjadi manusia sejati dengan dorongan Yanti yang tak pernah putus. Dialah coach dan trainer-ku. Banyak ilmu agama yang belum kuketahui kudapat darinya. Tak perlu malu atau gengsi. Toh kenyataanya memanh aku yang harus banyak belajar. Walaupun dia juga sering ku training bagaimana merawat mesin motornya dengan baik. 

Saat aku malas mengaji, dialah yang selalu mendorongku. “Bu dokter, hari ini daku absen ngaji ya? Capek nih, habis nguber-nguber dosen pembimbing…”

“Gak boleh darling calon ST. gak boleh males ngaji. Inget janji dulu, hayo. Kalo gak ngaji gak ada yang pijitin nanti malam!” senyum mu memang charger buat semangat ku yang mudah pudar ini.

Kau juga selalu membuatku tak pernah kehabisan energi untuk menyelesaikan tugas akhirku yang berat. Hingga wisudaku begitu tak terasa sudah didepan mata. Foto wisuda bersama istri yang dulu kuanggap khayal terwujud juga! Wah senangnya.

Namun ternyata hidup tidak berhenti dengan wisudaku sebagai S.T. Dunia kerja ternyata tidak seramah yang kukira. Berkali-kali aku melamar pekerjaan, berulang-ulang pula aku harus mengambil kembali lamaranku. Namun Yanti tak pernah merasa lelah untuk menyemangatiku. Saat ku lelah dialah tempatku bersandar, saat ku patah dialah yang sembuhkan aku. Diala yang telah membimbingku menjadi manusia sejati. Dialah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Yang menuntunku dari kegelapan menuju cahaya Illahi.

Sore itu kuketuk pintu rumah dengan semangat. Kudengar langkahnya tergesa menuju pintu. Pintu terbuka dan seperti biasa senyumnya menyambutku hangat. Dia baru saja hendak mencium tanganku sebelem kuraih pinggang nya dan kupeluk dia sambil berputar-putar.

“Eh,eh, apaan nih…turun-turun…” jeritnya meronta-ronta.

“Gak mau. Gak akan kuturunkan sampai aku pusing. Aku diterima, honey!” teriakku sambil terus berputar dan menjatuhkan diri. “Alhamdulillah…eit, tapi ingat lima puluh persen dari penghasilan bulanan harus diserahkan pada sang istri.” Godanya sambil menunjuk hidungku.

“Gak mau, akan ku berikan semuanya buat kekasihku. Itu lo yang dokter eh insinyur itu. Siapa namanya ?  Emmm… Kristin atau…” kataku sambil memencet hidungnya.

“Apa…dasar buaya jahat…”

“Eh, kok malah senyum-senyum sendiri? Gak enak ya sopnya?” pelukan hangat istriku membuyarkan lamunan nostalgiaku.

“Emmm…enak-enak. Cuma lagi ngelamunin, gimana tampang baby kita kalo udah lahir nanti.”

“Uuu…gombal!” Seperti biasa kalau gemas, Yanti mencubitku. Aku hanya tertawa.

Sungguh besar pahala bagi mereka yang menjadi jalan hidayah bagi seseorang. Kukecup kening  permataku. Kekasihku, bidadari tak secantik senyummu. Semoga Allah menetapkan surga untukmu, untuk semua pengorbanan dan baktimu.

Oleh: Gunawan & Kusumastuti
on Selasa, 26 November 2013
Bagaimana pandangan Ibnu Qoyyim tentang pacaran ? Kata Ibnu Qoyyim, "Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta. Malah, cinta diantara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan. Karena bila keduanya telah merasakan kenikmatan dan cita rasa cinta, tidak boleh tidak akan timbul keinginan lain yang tidak diperoleh sebelumnya."

"Bohong !" Itulah pandangan mereka guna membela hawa nafsunya yang dimurkai Allah, yakni berpacaran. Karena mereka telah tersosialisasi dengan keadaan seperti ini, seolah-olah mengharuskan adanya pacaran dengan bercintaan secara haram. Bahkan lebih dari itu mereka berani mengikrarkan, bahwa cinta yang dilahirkan bersama dengan sang pacar adalah cinta suci dan bukan cinta birahi. Hal ini didengung-dengungkan, dipublikasikan dalam segala bentuk media, entah cetak maupun elektronika. Entah yang legal maupun ilegal. Padahal yang diistilahkan kesucian dalam islam adalah bukanlah semata-mata kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja. Lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan dan sekujur anggota tubuh, bahkan kesucian hati wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya, zinanya hati adalah membayangkan dan menghayal, zinannya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan muhrim. Dan pacaran adalah refleksi hubungan intim, dan merupakan ring empuk untuk memberi kesempatan terjadinya segala macam zina ini.

Rasulullah bersabda, "Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya."

Jika kita sejenak mau introspeksi diri dan mengkaji hadist ini dengan kepala dingin maka dapat dipastikan bahwa segala macam bentuk zina terjadi karena motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai watak khas makhluk yang bernama manusia. Dan kapan saja, dimana saja, perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan. Seperti halnya dalam berpacaran ini. Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta. Kita lihat secara umum tahapan dalam pacaran.
  1. Perjumpaan pertama, yaitu perjumpan keduanya yang belum saling kenal. Kemudian berkenalan baik melalui perantara teman atau inisiatif sendiri. hasrat ingin berkenalan ini begitu menggebu karena dirasakan ada sifat-sifat yang menjadi sebab keduanya merasakan getaran yang lain dalam dada. Hubungan pun berlanjut, penilaian terhadap sang kenalan terasa begitu manis, pertama ia nilai dengan daya tarik fisik dan penampilannya, mata sebagai juri. Senyum pun mengiringi, kemudian tertegun akhirnya jantung berdebar, dan hati rindu menggelora. Pertanyaan yang timbul kemudaian adalah kata-kata pujian, kemudian ia tuliskan dalam buku diary, "Akankah ia mencintaiku". Bila bertemu ia akan pandang berlama-lama, ia akan puaskan rasa rindu dalam dadanya.
  2. Pengungkapan diri dan pertalian, disinilah tahap ucapan I Love You, "Aku mencintaimu". Si Juliet akan sebagai penjual akan menawarkan cintanya dengan rasa malu, dan sang Romeo akan membelinya dengan, "I Love You". Jika Juliet diam dengan tersipu dan tertunduk malu, maka sang Romeo pun telah cukup mengerti dengan sikap itu. Kesepakatan  pun dibuat, ada ijin sang romeo untuk datang kerumah, "Apel Mingguan atau Wakuncar". Kapan pun sang Romeo ingin datang maka pintu pun terbuka dan di sinilah mereka akan menumpahkan perasaan masing-masing, persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama, berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu.
  3. Pembuktian, inilah sebuah pengungkapan diri, rasa cinta yang menggelora pada sang kekasih seakan tak mampu untuk menolak ajakan sang kekasih. " buktikan cintamu sayangku". Hal ini menjadikan perasaan masing-masing saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan diantara keduanya. Bila sudah seperti ini ajakan ciuman bahkan bersenggama pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah
Begitulah akhirnya mereka berdua telah terjerumus dalam nafsu syahwat, tali-tali iblis telah mengikat. Mereka jadi terbiasa jalan berdua bergandengan tangan, canda gurau dengan cubit sayang, senyum tawa sambil bergelayutan,  dan cium sayang melepas abang. Kunjungan kesatu, kedua, ketiga, keseratus, keseribu, dan yang tinggal sekarang adalah suasana usang, bosan, dan menjenuhkan percintaan. Segalanya telah diberikan sang Juliet, Juliet pun menuntut sang Romeo bertanggung jawab ? Ternyata sang romeo pergi tanpa pesan walaupun datang dengan kesan. Sungguh malang nasib Juliet.

Wahai para Muslimah sadarlah akan lamunan kalian, bayang-bayang cinta yang  suci, bukanlah dengan pacaran, cobalah pikirkan buat kamu muslimah yang masih bergelimang dengan pacaran atau kalian wahai pemuda yang suka gonta-ganti pacar. Cobalah jawab dengan hati jujur pertanyaan-pertanyaan berikut dan renungkan.

  1. Apakah kamu dapat berlaku jujur tentang hal adegan yang pernah kamu kamu lakukan waktu pacaran dengan si A, B, C s/d Z kepada calon pasangan yang akan menjadi istri atau suami kamu yang sesungguhnya ? Kalau tidak kenapa kamu berani mengatakan, pacaran merupakan suatu bentuk pengenalan kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan dilandasi sikap saling percaya ? Sedangkan kenapa kepada calon pasangan hidup kamu yang sesungguhnya kamu berdusta ? Bukankah sikap keterbukaan merupakan salah satu kunci terbinanya keluarga sakinah?
  2. Mengapa kamu pusing tujuh keliling untuk memutuskan seseorang menjadi pendamping hidupmu ? Apakah kamu takut mendapat pendamping yang setelah sekian kali pindah tangan ? "Aku ingin calon pendamping yang baik-baik" Kamu katakan seperti ini tapi mengapa kamu begitu gemar pacaran, hingga melahirkan korban baru yang siap pindah tangan dengan kondisi "Aku bukan calon pendamping yang baik", bekas dari tanganmu, sungguh bekas tanganmu ?
  3. Jika kamu disuruh memilih diantara dua calon pasangan hidup kamu antara yang satu pernah pacaran dan yang satu begitu teguh memegang syari'at agama, yang mana yang akan kamu pilih ? Tentu yang teguh dalam memegangi agama, ya kan ? Tapi kenapa kamu berpacaran dengan yang lain sementara kamu menginginkan pendamping yang bersih ?
  4. Bagaimana perasaan kamu jika mengetahui istri/ suami kamu sekarang punya nostalgia berpacaran yang sampai terjadi tidak suci lagi ? Tentu kecewa bukan kepalang. Tetapi mengapa sekarang kamu melakukan itu kepada orang yang itu akan menjadi pendamping hidup orang lain ?
  5. Kalaupun istri/ suami kamu sekarang mau membuka mulut tentang nostalgia berpacaran sebelum menikah dengan kamu. Apakah kamu percaya jika dia bilang kala itu kami berdua hanya bicara biasa-biasa saja dan tidak saling bersentuhan tangan ? Kalau tidak kenapa ketika pacaran bersentuhan tangan dan berciuman kamu bilang sebagai bumbu penyedap ?
  6. Jika kamu nantinya sudah punya anak apakah rela punya anak yang telah ternoda ? Kalau tidak kenapa kamu tega menyeret orang tua kamu ke dalam neraka Api Allah ? Kamu tuntut mereka di hadapan Allah karena tidak melarang kamu berpacaran dan tidak menganjurkan kamu untuk segera menikah
Karena itu wahai muslimah dan kalian para pemuda kembalilah ke fitrah semula. Fitrah yang telah menjadi sunattullah, tidak satupun yang lari daripadanya melainkan akan binasa dan hancur.

Sumber: Ngaji Salaf 2000
on Senin, 25 November 2013
Pada pembahasan ini kita akan mengangkat masalah pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena mengejala dan bahkan sudah seperti jamur di musim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja. Cinta memang sebuah anugerah, cinta hadir untuk memaniskan  hidup di dunia apalagi rasa cinta kepada lawan jenis, sang pujaan hati atau sang kekasih hati menjadikan cinta itu begitu terasa manis bahkan kalau orang bilang bila orang sudah cinta maka empedu pun terasa seperti gula. Begitulah cinta, sungguh hal yang telah banyak menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan manakala tidak berada dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi mana cinta yang dibolehkan dan mana yang dilarang.

Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan tidak usah kamu pacaran maka serentak ia akan mengatakan " Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa ngenal calon pendamping kita ?" Kalau dikatakan pacaran itu haram akan dikatakan, "pacaran yang gimana dulu". Beginilah keadaan kaum muda sekarang, racun syubhat dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim akan hukum halal-haram, boleh dan tidak. Tragis memang kondisi kita ini, terutama yang muslimah. Mereka para muslimah kebanyakan berlomba-lomba untuk mendapatkan sang pacar atau sang kekasih, apa sebabnya, "Aku takut nggak dapat jodoh ". Muslimah banyak ketakutan-nya tentang calon pendamping, karena mereka tahu bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 5. Tapi apakah jalan pacaran sebagai penyelesaian ? Jawabnya Tidak. Bagaimana bisa, kita ikuti selengkapnya pembahasan ini sebagai berikut, (diambil dari buku Pacaran dalam Kacamata Islam karya Abdurrahman al-Mukaffi)

Dikatakan beliau bahwa  pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh Allah, karena ketiga rukun yang menumbuhkan rasa cinta menyatu di luar perkawinan. Hal ini dilakukan dengan dalih sebagai suatu penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi masing-masing pihak. Tapi dalam kenyataannya masa penjajakan ini tidak lebiih dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan secepatnya untuk melaksanakan perkawinan. Hal ini tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan ideal dalam memilih partner jika ada sifat-sifat sebagai berikut :
  1. Mereka merasa beruntung sekali jika selalu dapat berduaan, dan berpisah dalam waktu pendek saja tidak tahan rasanya. Dan keduanya merasa satu sama lain saling memerlukan. 
  2. Mereka merasa cocok satu sama lainnya. Karena segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi masalah yang perlu dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan karena mereka satu dengan lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian dalam seluruh aspek kehidupannya. 
  3. Mereka satu sama lain senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini dimungkinkan karena perasaan cinta yang telah tumbuh secara sempurna dengan pertautan yang kuat. 
Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan perasaan cinta maki tinggi. Di sisi lain pacaran menjurus pada hubungan intim yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya hubungan intim dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran. Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak cintanya melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.

Tak ubahnya seperti apa yang di inginkan oleh seorang pemuda untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya dalam pandangannya sang dara tampak begitu sempurna hingga kala itu pikiran pun hanyut, malam terkenang, siang terbayang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu terbayang si  dia yang tersayang. Hingga tunas kerinduan menjamur menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan nan gemulai, tawa-tawa kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena asyik, cinta pun telah menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta yang tinggi membintang, hingga luka mengubur cinta. *Bersambung

Sumber: Ngaji Salaf 2000
on Kamis, 19 September 2013
By: Superman is Dead


Hembus angin yang terasa panas
Keringat menetes di dada
Tiada henti kau berjuang keras
Demi cinta
Untuk indonesia jadilah legenda
Walau dihancurkan disakiti kau tetap berdiri di sini
Untuk indonesia jadilah legenda
Kita bisa dan percaya

Darah indonesia
Akulah halilintarmu
Darah Indonesia
Menggelegar untuk selamanya
Darah Indonesia
Walau badai menghadang kau takan pernah menghilang

Walau badai menghadang
Kau takkan pernah hilang
on Senin, 16 September 2013
Kenangan akan membekas dalam hati dan akan selamanya seperti itu. Kita berhutang banyak padanya dan sebuah kebahagian bagi kita telah hidup bersamanya. Kenangan itu luar biasa, dia adalah sesuatu yang sangat besar di kehidupan kita dan membuat hidup kita akan menjadi indah. Kita akan selalu berhutang padanya, mungkin ketika kita mendapatkan kesuksesan juga akan tetap seperti itu. Ketiadaannya akan sangat nyata.

Kenangan adalah saat-saat ketika bersama sahabat. Akan menjadi situasi yang aneh ketika kenangan pergi menghilang karena dia sangat dekat di dalam hati kita. Kita akan sangat merindukannya, ketika waktunya untuk pergi dan kita akan bangga dengan apa yang telah kita lakukan dan capai dalam kebersamaan. Hari yang sangat menyedihkan tapi kenangan berjalan dengan senyum di wajahnya. Kita percaya bahwa sahabat adalah seorang manusia yang langka dengan karakter mengagumkan yang akan sangat dirindukan oleh teman-temannya. Kita banyak melewati saat-saat menyenangkan dan banyak kenangan baik dan hal itu dimungkinkan karena kita dalam keceriaan bersama.

Ketika saya berpikir: "Ini saat-saat yang menyenangkan", saya tidak ingin mengatakan ini momen terbaik dalam kehidupan saya karena ini momen terbaik buat kita semua. Setiap yang kita lakukan adalah semua tentang persahabatan, kita tidak pernah menyerah dan akan berjuang sampai akhir. Sebagai seorang sahabat, kita pernah merasakan berada di momen-momen yang berbeda, dan kita akan memiliki sejuta pengalaman, baik dan buruk. Bersyukur kita pernah diberkati untuk menikmati saat-saat yang fantastis, dengan banyak momen yang tak terlupakan.

Ini bukan ucapan selamat tinggal, bahkan saat melihat salah seorang dari kita pergi. Dan ini juga bukan merupakan suatu perpisahan walaupun air mata menetes di pipi kita. Tetapi ini adalah awal dari persaudaraan yang akan kita jalani selamanya.
AKU INI dua kata kecil, namun
"Tempat" yang dahsyat untuk ditinggali
Inilah hidupku, dansedang aku jalani,
Aku ini segala yang kau lihat.

Aku ini bertanggung jawab atas tindakanku,
Dan semua perkataan dan perbuatanku.
Aku bertanggung jawab atas perilakuku,
Dan caraku bergaul denganmu.

Aku ini bertanggung jawab atas mutu pekerjkaanku
Dan pilihan yang ku buat.
Aku ini bertanggung jawab atas nilai yang ku anut,
Dan cara-cara aku berkomunikasi.

AKU BISA dua kata kecil, namun
"Tempat" yang dahsyat untuk ditinggali.
Inilah hidupku dan sedang aku jalani.
Mengarungi tanah, angkasa, dan laut

Aku bisa meraih rasa hormat orang lain.
Dan memperoleh persahabatan sejati
Aku bisa menghormati semua makhluk hidup, dan
Merawat pikiran, kesehatan, dan tubuhku juga.

Aku bisa berusaha sebaik mungkin setiap hari,
Dan aku bisa tahu usaha ku itu hebat.
Aku bisa melanjutkan untuk maju,
Dan mendekati takdirku.

AKU AKAN dua kata kecil, namun
"Tempat" yang dahsyat untuk ditinggali.
Itulah hidupku dan sedang ku jalani
Aku akan menjadi segalanya,lihatlah nanti !

Aku akan menggunakan bakatku dengan bijak,
Belajar mengelola perasaan hidup
Aku akan mengharhgai susah dan senang,
Minta bantuan dan menanggulangi cobaan.

Aku akan adalah janji untuk melihat dengan jernih,
Mengungkapkan kekuatanku untuk menang.
Saat aku sampai pada tekad yang bulat,
Dan mencari jawabanku di dlam diri.

Aku muda, masih belajar, tumbuh, berubah
Namun aku punya idealisme, sasaran, dan rencana mulia,
Untuk hal-hal seperti lingkungan yang sehat,
Kedamaian dunia dan negeri tanpa kejahatan

Tak lagi kecil, namun belum lagi dewasa,
Aku masih remaja.
Tapi jangan remehkan nilaiku,
Karena aku ini, aku bisa, dan aku akan.

Taste Berries for Teens
on Selasa, 30 Juli 2013
By: Shania Twain


(I do swear that I'll always be there.
I'd give anything and everything and I will always care.
Through weakness and strength, happiness and sorrow,
for better for worse, I will love you with
every beat of my heart.)
From this moment life has begun
From this moment you are the one
Right beside you is where I belong
From this moment on

From this moment I have been blessed
I live only for your happiness
And for your love I'd give my last breath
From this moment on

I give my hand to you with all my heart
Can't wait to live my life with you, can't wait to start
You and I will never be apart
My dreams came true because of you

From this moment as long as I live
I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldn't give
From this moment on

You're the reason I believe in love
And you're the answer to my prayers from up above
All we need is just the two of us
My dreams came true because of you

From this moment as long as I live
I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldn't give
From this moment
I will love you as long as I live
From this moment on
on Sabtu, 18 Mei 2013
Kita terkadang harus mengambil jarak dan kemudian berfikir. Kita tidak tahu batas diri kita, tetapi kita tahu karakter kita. Dan kita akan selalu percaya pada tujuan yang telah ditetapkan. Kita sudah membuat keputusan dan tak ada apapun terjadi setelahnya yang membuat kita mengubah keputusan. Kita tak akan berpikir ulang hanya karena segalanya berjalan dengan baik karena kita akan selalu percaya dengan prinsip kita.

Kita berada di lingkungan yang penuh kegembiraan, kita bahagia dan karena itu kita tidak perlu khawatir tentang apa yang mungkin terjadi berikutnya. Jika saya melakukan kesalahan, itu adalah seperti yang bisa dilakukan semua orang dan kita akan saling memaafkan. Saya berterima kasih atas kepercayaan besar yang di berikan selama ini. Tentunya saya ingin menebus hal tersebut dengan kebaikan yang saya bisa lakukan bersama.

Saya mencoba menjadi orang yang berbesar hati, saya akan berbicara bersama siapapun yang juga ingin mengatakan sesuatu. Saya akan berbagi semua hal yang saya tau, tapi bagi saya lebih baik tidak mengatakan daripada berbohong. Saya memberikan kesempatan semua orang berbicara untuk hal apapun. Jika situasinya ada dalam tekanan, kita tidak boleh memberikan alasan kepada orang-orang untuk berbicara. Karena dengan mengatakan sesuatu mungkin semuanya akan kembali baik-baik saja.

Kita merasa terhormat untuk menjadi bagian kecil dari sejarah kehidupan. Mungkin begitu sangat singkat perkenalan kita, tetapi ternyata semuanya telah melekat. Kita adalah sosok seseorang yang menyenangkan teman-temannya. Kehadiran kita juga bisa memberi rasa bahagia kepada orang lain, selain itu kita bisa berpengaruh banyak pada orang-orang yang dicintai. Kita itu menyenangkan, riang, tidak mementingkan diri sendiri, pengorbanan, selalu mendukung sahabat dan teman-teman.

Ketika kita saling berkenalan, kita belajar lebih dari sekedar pertemanan karena kita bisa berbagi semua hal yang ingin kita lakukan. Kita adalah manusia biasa, lupakanlah semua hal yang mungkin mengecewakan bagi kita. Tapi jangan pernah lupakan ketika berbagi kebahagiaan bersama dan tersenyumlah ketika teringat dengan kita, karena kita akan terus menjadi bagian di hari-hari kita berikutnya :)
on Kamis, 07 Maret 2013
Sekarang bulan Maret dan saya telah berusaha banyak untuk terus berkembang, tetap menundukkan kepala, dan saya paham bahwa saya belum berhasil sekarang. Sebagai manusia, saya harus terus bekerja keras sepanjang waktu. Saya yakin akan situasi ini. Semoga saya dapat menerima ketika berada dalam ketidaknyamanan, lalu kemudian keluar dari sana. Itulah cara untuk terus berkembang, mencoba dan terus mengambil kesempatan yang ada.

Saya tidak merasakan adanya tekanan. Saya harus hidup dengan normal dan mudah-mudahan hal tersebut akan terus bekerja. Segala sesuatunya berjalan dengan cepat saat ini. Saya mencoba untuk tidak terlalu jauh melihat ke depan. Selagi belum menyerah, saya tahu bahwa untuk mewujudkan itu akan sangat sulit. Kita bisa hidup tanpa air untuk beberapa hari, namun kita tidak bisa hidup sedetik pun tanpa harapan. Jika kita tidak pernah punya harapan dan ingin meraih sesuatu, maka kita tidak punya peluang. Kita tetap mempertahankan optimisme tersebut. Termasuk saya!

Tidak ada ruginya bila kita bermimpi. Setiap orang yang berhenti bermimpi berarti telah menyerah dalam hidupnya. Tapi, saya tak mau menetapkan rencana jangka panjang, yang bisa saja sia-sia. Lebih baik bagi  saya untuk fokus pada yang di depan mata. Fokus saya dan kalian saat ini pasti sama, oleh karena itu marilah berjuang bersama-sama.

Sebagai sebuah grup kita tetap dekat dengan semuanya dan berusaha meyakinkan mereka semampu kita, mengatakan betapa pentingnya mereka dalam sebuah situasi kehidupan. Di saat kita merasa kesulitan dalam kehidupan, rasa antusiasme yang tidak pernah berkurang dari sesama menjadi senjata bagi kita untuk lebih termotivasi dan hal itu sangat membantu. Saya harap kita bisa terus seperti itu dan mengenai tujuan saya, saya akan melakukan yang terbaik dari apa yang saya bisa lakukan untuk kita di sisa waktu yang ada.

Jangan pernah berhenti dan patah semangat untuk tetap teguh berjuang menegakkan kebaikan, setia untuk selalu memberikan kebaikan kepada orang lain. Saya masih percaya, kesetiaan itu lebih punya nilainya meskipun pahit. Banyak pengalaman, kesetiaan itu berbuah pahit. Tetapi dengan penuh rasa hormat dan permintaan maaf untuk saat ini sepertinya saya berhenti membuat sesuatu yang mungkin selama ini sering saya lakukan. Bukan tidak lagi setia, tetapi saya juga harus fokus terhadap tujuan saya sendiri.
on Sabtu, 16 Februari 2013
Sekarang saya akan mencoba menulis cerita tentang kita, yang mungkin tidak akan kita lupakan dimanapun kita berada. Kita harus mengerti bagaimana berterimakasih, sampai sekarang mungkin kita sepakat bila semua perasaan sesungguhnya tak akan mudah kita dapatkan karena selalu ada pengorbanan dan perlu ada perjuangan. Tetapi sekarang mungkin diantara kita berdua akan akan ada yang mencoba untuk melupakannya. Jika ada yang ingin di salahkan, maka lebih baik salahkan saya.

Kita telah sampai kepada sebuah episode kehidupan yang penting. Ketika ada perpisahan, saya tidak merasa ini sebuah peninggalan yang berat dari kamu, justru kamu telah banyak meninggalkan kesan pada saya dan semua orang pun akan mengetahui hal itu. Suatu problem sering terjadi dalam kehidupan dan di sanalah juga kita menyelesaikannya. Kita telah menyelesaikan semua problem yang ada, semuanya baik-baik saja.

Tidak semua soal manusia adalah soal kerendahan hati. Manusia harus punya kepercayaan diri dan ego, yang mana itu merupakan ciri seorang juara. Pada suatu hari yang jauh, saat kita belum terlalu jauh, seharusnya saat itu saya mantap memutuskan semuanya. Tetapi saat itu saya berjalan terus dan pada akhirnya saya berhenti  ketika sudah merasa salah. Sebuah kehormatan kita pernah bersama, selama mungkin yang saya bisa agar kita dapat bersama dan saya bangga mampu melakukannya, dan juga saya berterima kasih kepada semua dukungan yang telah kamu berikan. Ada banyak kenangan yang ingin saya sampaikan dan juga ucapan terima kasih untuk kamu.

Saya memilih untuk tidak membicarakan mengenai orang-orang yang tak mengenal kita. Tujuan utama kita adalah menjalani semua kehidupan yang kita bisa. Sekarang hal pertama yang harus dilakukan saya pikir kita perlu mendapatkan kembali kepercayaan diri. Jangan biarkan orang-orang yang tidak penting mengganggu kita untuk membangun kepercayaan diri kita masing-masing. Ini tinggal soal memiliki keseimbangan di antara semuanya.

Akan ada sebuah perasaan yang tak dapat diungkapkan. Saya diberi sebuah tanggung jawab yang besar dalam hidup ini. Mungkin kamu juga telah menetapkan tujuan dan pedoman yang jelas dalam hidup, selanjutnya kita juga masih bisa melakukan pekerjaan yang besar bersama-sama. Semuanya fantastis, tidak akan ada masalah di masa depan. Apakah kita menyesal dengan pilihan yang telah dibuat ? Tidak sama sekali, ini sebuah keputusan penting bagi saya dan mungkin bagi kamu juga.
on Senin, 04 Februari 2013
Selamat Ulang Tahun Rio!


Semua do'a yang terbaik buat kamu yah, jadi orang yang mandiri serta bermanfaat dan disenangi semua orang! Amin
on Sabtu, 02 Februari 2013
Pelatih Basket pertama saya, kita biasa memanggilnya Mas Andri

 Pelatih Basket dimasa SMA, kita biasa memanggilnya Coach atau A Heri

Poto Tim Basket masa SMP, masih lucu-lucu.. Hehe

Poto Tim Basket SMA 2006, saya satu-satunya anak kelas X yang masuk Tim utama.. Hehe

Poto Kejurda tahun 2006, saya pertama kali masuk Tim Kabupaten

Poto Popwil tahun 2007, mendapatkan mendali Perak 

Poto Tim Popwil tahun 2007

Poto saya sendiri, agak narsis.. Hehe

Basket itu bukan olah raga yang mengandalkan Fisik, tetapi Otak juga
Saya belajar menulis lagi, yah di mulai dari cerita dan pikiran diri sendiri sih. Sekarang bulan Februari. Bulan yang identik dengan cinta, di bulan ini juga saya lahir dari rahim seorang wanita. Wanita ? yah seorang wanita yang diciptakan oleh Allah sebagai pasangan dan pelengkap dari seorang laki-laki. Dari rahim wanita inilah saya, kamu, dan kita semua bisa berada sampai disini sampai sekarang.

Suatu malam di bulan yang identik dengan cinta ini saya akan mencoba untuk bercerita, tentunya bercerita tentang cinta. Banyak definisi untuk mencoba mengartikan dari kata cinta. Saking banyaknya definisi dari cinta, saya tidak tahu definisi dari cinta tersebut apa. Tetapi bagi saya jika kita mampu untuk mendedikasikan semua rasa yang ada pada satu tujuan serta menyatukan semua perbedaan yang ada menjadi suatu yang sama, cinta itu namanya. Cinta, yah cinta itu memang sangat universal. Setiap manusia di dunia pasti mempunyai cinta yang bisa di tunjukkan kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, seperti; keluarga, teman, sahabat atau bahkan lawan jenisnya.

Saya adalah seorang laki-laki, di usia 20-an tahun ini cinta adalah suatu hal yang lumrah di dengar atau di temui. Di usia 20-an tahun adalah usia yang bisa di bilang hampir dewasa atau bahkan sudah dewasa, di usia seperti itu tentunya merupakan suatu hal yang normal apabila membicarakan tentang cinta kepada lawan jenis.

Saya adalah seorang laki-laki dan sampai sekarang banyak orang sering memanggil saya Maho yang merupakan singkatan dari Manusia Homo. Nyeleneh dan sedikit serem sih. Apa boleh buat, dari keluarga sampai teman-teman memanggil saya seperti itu. Tetapi saya tahu, itu hanya becandaan dari mereka. Ada ikan tentunya ada air, ada akibat tentunya ada sebab, mereka memanggil saya homo tentu ada sebabnya. Yah mungkin di mulai dari keluarga dan teman-teman yang  hampir tidak pernah melihat saya berpacaran atau dekat dengan lawan jenis, sampai perilaku yang menyiratkan bahwa saya memang seorang homo. Itu semua adalah perpaduan yang pas untuk membentuk opini orang-orang bahwa saya adalah benar-benar seorang homo!

Bagi saya, banyak orang-orang terdekat saya yang menyebut saya homo adalah suatu hal yang saya anggap becandaan aja sih. Asal jangan dijadikan sebuah do'a saja, karena memang saya adalah laki-laki yang normal. Yah memang saya sering berprilaku layaknya seorang homo beneran, tapi itu hanya sebuah selenehan untuk membalas becandaan dari keluarga dan teman-teman. Untuk masalah saya tidak pernah kelihatan berpacaran memang ada benarnya juga, tapi itu merupakan sebuah pilihan dari saya. Seperti halnya seseorang yang memutuskan untuk menjalin hubungan dengan cara berpacaran, pastinya mereka terlebih dahulu memperhitungkannya dan kemudian mereka membuat pilihan untuk berpacaran. Begitupun saya  tidak berpacaran adalah keputusan yang saya pilih, tetapi tentunya saya juga pernah merasakan berpacaran.

Seperti yang di jelaskan sebelumnya, tidak berpacaran adalah merupakan sebuah pilihan. Pilihan untuk tidak berpacaran tentunya didasarkan dari banyak pertimbangan, hal yang paling besar di pertimbangkan adalah kapasitas diri yang dimiliki. Sebenarnya dengan rasio wanita lebih banyak daripada laki-laki di dunia ini tentunya itu adalah sebuah peluang untuk mendapatkan wanita yang di inginkan sebagai pacar, terlebih dengan latar belakang saya yang semasa sekolah di SMA adalah seorang Ketua OSIS dan Atlet Basket serta di dunia perkuliahan merupakan salah satu mahasiswa yang aktif tentunya merupakan poin plus yang dimiliki. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, tetapi itulah adanya dan mungkin yang dijadikan orang-orang di sekeliling saya sebagai alasan untuk menyebut saya seorang homo. Sekali lagi, kapasitas diri merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan.
Saya tidak pernah tahu apakah yang saya harapkan akan benar-benar terjadi. Tetapi ketika di tanya pendapat saya tentang seorang wanita yang menarik perhatian saya, hal pertama yang dilihat adalah fisik dan itu tidak bisa dibohongi. Dari situ barulah isi pembicaraannya, seorang wanita harus mempunyai tujuan hidup. Dia harus care untuk bidang yang diminatinya, entah itu soal makanan, sosial, politik atau fashion. Disitulah daya tarik dari seorang wanita. Selain hal tadi, seorang wanita secara intelektual juga harus memadai dan jika menjadi seorang ibu dia adalah ibu yang baik bagi anak-anaknya. Saya berharap pasangan nanti sempurna seperti begitu, itu mimpi saja sih.

Saatnya menanyakan kepada diri sendiri, apakah kapasitas diri yang dimiliki pantas mendapatkan mimpi-mimpi tersebut tadi ? Sepertinya belum atau bahkan tidak yah. Masa depan adalah bagi mereka yang percaya pada keindahan mimpi mereka. Suatu saat mungkin mimpi saya tadi akan terwujud, saat ini saya sedang tertarik kepada seorang wanita yang mungkin hampir menyamai mimpi saya tadi. Saat ini kita tidak saling bertemu dan kita juga tidak saling berkomunikasi satu sama lain. Tetapi itulah yang membuat saya tertarik pada dirinya, hanya tertarik.

Saya tidak tahu jodoh saya nanti siapa, apakah orang yang menarik perhatian saya saat ini atau orang lain yang Allah akan pertemukan suatu saat nanti. Soal apakah mimpi saya akan sama-sama menjadi nyata atau tidak biar Allah yang menentukan. Saya tidak akan dapat mengendalikan apa yang akan terjadi, saya hanya dapat mengendalikan cara saya menanggapi apa yang telah terjadi. Saya akan terus menjalankan apa yang saya yakini, sampai akhirnya saya berhenti ketika saya merasa yang jalani adalah suatu hal yang salah dan pada dimana sampai pada kondisi saya tidak bisa berbuat apa-apalagi. Allah pasti tau yang terbaik buat saya.
on Sabtu, 26 Januari 2013


Saya adalah seorang  yang sangat suka dengan makanan. Selain itu saya juga sangat senang berkumpul dengan keluarga atau bahkan dengan teman-teman. Suatu saat saya ingin menyatukan dua hal tersebut menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk di kunjungi dan menjadi tempat favorit bagi semua orang.

Nantinya tempat ini digambarkan sebagai sebuah restoran yang menyenangkan bagi keluarga dan anak-anak. Saya harap ini adalah tempat di mana orang-orang merasa nyaman, terlepas mereka datang dengan teman-temannya atau bersama keluarga mereka. Ini adalah tempat di mana semua orang menikmati kebersamaan.


Selain dinilai sebagai sebuah tempat yang nyaman, restoran ini pun harus memiliki banyak makanan enak. Menu yang ada di restoran pun harus otentik dan unik, tentunya disertai dengan harga yang tidak terlalu mahal atau ‘good food at a good price’.

Pada akhirnya banyak orang yang akan datang ke tempat ini dan akhirnya saya merasa senang serta bangga dengan tempat yang saya buat ini, karena bisa mendekatkan semua orang yang ada di sekeliling saya dengan penuh kebahagiaan dan keakraban.

Yah namanya juga rencana dan mimpi, semoga bisa terwujud
Amin
on Selasa, 22 Januari 2013
Akan selalu ada suatu keadaan, kenangan, dan orang-orang tertentu yang pernah singgah dalam hati kita dan meninggalkan jejak langkah di hati kita dan kita pun tidak akan pernah sama lagi seperti kita sebelumnya. Tetapi kita jangan pernah menyimpan dendam dan menghidupkan ego, berusahalah untuk selalu bijak dalam menghadapi masalah yang ada. Ketika dihadapkan dalam situasi yang sulit atau bahkan mengecewakan, selalu berdamai dengan keadaan akan membuat kita lebih tenang.

Kita belajar banyak dalam hidup. Belajar bagaimana bertoleransi, setiap orang yang kita temui pasti punya "tradisi" masing-masing. Bahwa dalam sebuah hubungan itu bagaimana kita bertoleransi dan toleransi yang kita lakukan dapat di artikan oleh orang lain dengan benar. Setelah itu kita bisa menemukan apa arti dari sebuah hubungan pertemanan atau persahabatan.

Kadang , pilihan yang terbaik adalah menerima keadaan yang ada.  Suatu hubungan  adalah seluruh dedikasi untuk merangkai jutaan perbedaan yang dimiliki setiap orang agar dunia ini menjadi tempat yang indah untuk dilalui bersama-sama. Kehidupan adalah sebuah hubungan diantara orang-orang yang ada, tetapi akan ada orang spesial yang akan melakukan hal yang spesial di waktu yang spesial. Dan itu adalah teman atau sahabat.

Pages

@IoAddakhil. Diberdayakan oleh Blogger.