on Sabtu, 04 Februari 2017
Dia pulang ke rumah, sedikit terlambat. Hari itu adalah hari kerja terakhir tahun kemarin, untuk merayakannya ada acara tutup tahun pada sore hari. Tetapi timnya terlihat masih cukup sibuk menangani beberapa transaksi. Mungkin untuk mengejar target memperkecil margin pinjaman yang bermasalah pikirnya. Kurang lebih jam sembilan malam Dia dan timnya baru bisa pulang, sedangkan teman-temannya yang lain telah terlebih dahulu beranjak pulang setelah acara tutup tahun selesai menjelang magrib.

Di hari yang melelahkan. Malam itu Dia bergegas membuka aplikasi ojek online untuk memesannya agar bisa mengantarkannya ke Ibu Kota sebelah Timur, tempat dimana mobil-mobil besar favoritnya menunggu. Sepanjang perjalanan dari Selatan ke Timur Dia beberapa kali mengobrol dengan driver ojek online yang diboncengnya. Banyak topik yang mereka perbincangkan seperti masalah tempat tinggal misalnya. Ternyata Bapak driver ojek online yang cukup humoris itu tinggal Ibu Kota sebelah Barat. Dia menganggap Bapak tersebut luar biasa, di malam hari Ibu Kota yang masih tetap padat atau bahkan harus di katakan macet si Bapak mau mengantarkannya dari Selatan ke Timur dan setelah itu pulang ke rumahnya di sebelah Barat. Saya mau mengejar target promo akhir tahun, jadi bisa dapat bonus yang lumayan buat anak-anak di rumah, ujar si Bapak driver ojek online kepadanya.

Setelah sampai di tempat yang Dia tuju di dalam pemesanan ojek online, tebakannya salah besar. Ternyata bukan mobil-mobil besar favorit yang menunggunya, tetapi Dia yang harus menunggu mobil itu untuk datang menjemputnya pulang. Di tempat Dia menunggu, di samping kantor Badan yang mengurusi Aparatur Sipil Negara Dia harus mengambil antrian tiket terlebih dahulu sampai mobilnya datang. Banyak orang yang cemas melihat warna tiket dan nomor yang tertulis di dalamnya, nomor yang mereka dapat berjumlah tiga atau bahkan empat digit sedangkan mobil yang akan mengantarkan mereka pulang belum terlihat satupun. Jika mobilnya datang pun akan langsung terisi penuh oleh penumpang yang mendapatkan tiket dengan nomor digit lebih sedikit daripada yang penumpang lain dapatkan.

Alhamdulillah mobil dengan tujuan trayek ke tempat Dia pulang lebih cepat datangnya dibandingkan dengan tujuan trayek ke Priangan Timur lainnya. Mobil langsung terisi penuh bahkan sang kondektur harus menambahkan kursi tambahan, tetapi itu tidak mengurangi jumlah penumpang yang menunggu. Waktu tunggu mobil mengangkut penumpang sangat singkat, tidak sebanding dengan kecepatan bertambahnya nomor tiket penumpang. Kurang lebih jam sebelas malam mobil yang dia tumpangi mulai merangkak menyusuri jalanan Tol dalam Kota, meninggalkan orang-orang gelisah yang terlihat berkerumun semakin banyak. Kegelisahaan dan tujuan mereka sama, ingin cepat sampai rumah tanpa harus menunggu lebih lama lagi.

Dalam perjalanan Dia dan penumpang lainnya di temani alunan lagu-lagu melankolis, tembang kenangan yang di putarkan oleh sang supir. Lagu Jangan Simpan Tangismu dari Christine Pandjaitan mulai terdengar sayup-sayup dari speaker. Satu dua orang ikut berdendang mengikuti alunan lagu, mungkin saja lagunya sesuai dengan suasana hatinya. Satu dua orang lainnya sibuk menari-narikan jari jempolnya di layar sentuh smartphone yang mereka miliiki, mungkin saja sedang berkeluh kesah dalam media sosial tentang kehidupannya hari itu atau sedang memberi kabar orang terkasih bahwa mereka segera pulang. "Jangan simpan tangismu biarkanlah berlalu, jangan simpan tangismu biarkanlah bernyanyi . . ." Penggalan dari bagian lirik lagu Christine Pandjaitan yang di dendangkan satu dua orang terdengar dalam lelah penumpang lain yang mulai memejamkan matanya.

Menjelang subuh kurang lebih empat jam perjalanan yang dilalui akhirnya Dia sampai di Kota kelahirannya, hari itu Dia pulang ke rumah sedikit terlambat dibanding biasanya. Di saat menunggu jemputan Dia dihampiri seorang Bapak yang menawarkan sendal dagangannya, dalam sayup mata lelahnya dan di bantu cahaya senter korek api gas dari sakunya Bapak tersebut dengan semangat memperlihatkan sendal yang di dagangkannya. Tetapi Dia tidak tertarik dengan sendal yang di tawarkan si Bapak seraya menolak tawarannya diiringi pertanyaan Bapak kok jam segini masih jualan ? Rumah Bapak dimana ? Si Bapak terlihat kecewa dagangannya di tolak kemudian menjelaskan barang dagangannya belum laku dari kemarin, kalau saja ada satu yang laku Bapak mau langsung pulang ke rumahnya di Kota Dodol. Setelah berterimakasih si Bapak berjalan kembali menawarkan sendal dagangannya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.

Orang tua yang menjemputnya datang, berbarengan dengan mobil elf yang sedang mencari penumpang. Di lampu merah jalan by pass dekat terminal Dia kembali melihat si Bapak penjual sendal. Si Bapak sedang duduk di atas trotoar, terlihat lelah sekali dari gesture tubuhnya. Di samping si Bapak terpakir mobil elf tujuan Kota Dodol, sang kondektur berjalan hilir mudik mencari penumpang. Tuhan memang memiliki cara untuk menyentuh hati umatnya, saat itu Dia langsung sangat menyesal menolak dagangan si Bapak tukang sendal. Mungkin saja dia tidak suka dengan sendal yang di jual si Bapak, tapi setidaknya jika Dia membeli sendal jualannya bisa mengantarkan si Bapak pulang setelah pergi beberapa hari untuk berjualan. Dia tidak tahu si Bapak sedang memperjuangkan sesuatu untuk keluarganya, Dia juga lupa keluarga si Bapak menunggu cemas di rumah.

Hidup meski menderita itu bisa dijalani, rasa sakit perlu di rasakan. Begitulah hidup selalu berusaha berjuang serta berfikir dan berharap hari esok akan lebih baik lagi. Tetapi banyak juga orang yang frustasi. Mereka tidak punya harapan, tidak punya makanan, tidak punya tempat tinggal, bahkan tidak punya teman. Di sisi lain mengingat kondisi sulit saat ini membuat banyak orang menggenggam uangnya erat-erat. Mereka ingin lebih banyak angka lagi dari yang bisa mereka dapatkan di rekeningnya, sedangkan angka yang mereka berikan untuk orang yang kesusahan tidak bertambah lebih banyak, bahkan semakin berkurang.

Kalau Tuhan mau bisa saja menjadikan semua manusia serupa dalam segala hal. Sama-sama hidup berkecukupan; perut kenyang, mempunyai rumah untuk tempat tinggal, dan banyak relasi dalam pertemanan. Namun pada kenyataannya banyak juga orang yang kesusahan, tetapi mereka tetap semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, bahkan selalu berbagi kepada orang lain yang juga kurang beruntung. Sementara Dia yang sehari-harinya bekerja di perusahaan terkemuka di Nusantara ini, yang kehidupannya lebih beruntung dibandingkan dengan orang lain, masih saja selalu merasa kekurangan.

Hampir di setiap sudut kota, kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain. Mungkin karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk saling berlomba untuk menjadi juara dan bukan saling tolong-menolong untuk membantu yang lemah. Mereka sehari-hari disibukan dengan pekerjaan dan di hari libur mereka isi dengan hangout di mall atau cafe terkenal. Dunia semakin modern dan orang-orang pun semakin hedonis, hanya orang yang berjiwa besar yang tetap mensyukuri warna warni hidup; seperti ikhlas dengan rejeki yang di peroleh, peduli terhadap orang yang kurang beruntung, dan gembira membantu orang yang kesusahan. 

Berbuat baik kepada orang lain akan melahirkan hubungan kasih sayang di antara sesama. Secara alamiah manusia menyenangi orang yang berbuat baik. Dia berasal dari keluarga yang sederhana yang mungkin butuh usaha lebih keras dari pada orang lain untuk memperoleh suatu keinginan, tetapi keluarga dan saudara-saudaranya banyak mengajarkan arti dari kebaikan dalam tolong menolong kepada dirinya. Merasa gembira jika bisa membantu orang lain. Merasa sedih melihat orang lain kesusahan. Dunia memang bukan pabrik pengabul permintaan, tetapi Dia berharap selalu bisa menyenangkan orang lain.

Dia pernah membaca kutipan Allan Watts dari tulisan seorang teman yang mengatakan apabila kita berusaha menyenangkan semua orang, maka kamu akan mati tanpa arti. Mungkin itu bisa saja benar, tetapi selalu berusaha untuk membantu orang kesusahan yang membuat mereka senang juga bukan suatu yang salah bukan ? Saat ini ketika banyak orang mengkritik Pemerintah dan Parlemen tentang semua hal yang mereka lakukan tetapi si pengkritik tidak melakukan satupun kebaikan yang berkontribusi untuk Negeri ini, sepatutnya Dia bersyukur. Dia bekerja di perusahaan besar yang bisa di banggakan keluarga, dimana sebagian besar kegiatan dan keuntungan perusahaan digunakan untuk membangun dan memakmurkan Negeri.

Memang selalu ada rasa yang sejuk dan lembut ketika Tuhan menyentuh hati kita. Begitupun yang dirasakan oleh Dia, seperti bertemu tukang ojek online dan Bapak penjual sendal, melihat Kakek Tua pemulung sampah duduk kedinginan atau seorang Ibu Muda penjual tisu sedang menyuapi anak balitanya dengan gendongan tas besar barang dagangan di punggung saat perjalanan pulang setelah lembur larut malam di kantor. Ikhlas itu pelajaran yang patut diamalkan walaupun mungkin susah sekali untuk dijalankan, dalam keadaan yang sulit semoga Dia tetap bisa gembira dan ikhlas membantu saudara yang kesulitan. Saudara tak harus karena pertalian darah, tapi juga pertalian hati.

Dia belajar bahwa selalu ada cerita, selalu ada perjalanan dibalik karakter dan pilihan hidup seseorang. Apa yang telah Dia masukkan dalam pikiran, jiwa dan hatinya selama ini akan menentukan seperti apa dirinya. Bukan karakter yang buruk menjadi orang yang berusaha ingin selalu gembira dengan cara menyenangkan orang yang mengalami kesusahan, pikirnya.

Dia laki-laki dan Dia adalah seorang penjelajah mimpi. Dia bukan seorang yang gagah yang punya percaya diri tinggi, tetapi mungkin bisa menjadi teman bercerita yang hebat. Dan saat Dia menceritakan kisah penglihatannya yang cukup mengharukan, Dia mungkin tidak bisa menceritakannya tanpa berlinang air mata. Tidak masalah kan laki-laki menangis pikirnya, Rasul juga pernah mengaku seorang yang cengeng bukan ? Dia percaya kita punya pilihan untuk menceritakan kisah sedih atau bahagia. Di suatu sisi kita bisa juga mempermanisnya agar menarik di dengar dan di baca orang.

Hari ini tepat hari ulang tahun si laki-laki itu. Dia sedikit bodoh tapi sedikit bisa menghibur, Dia tidak cerdas, tidak tampan juga, apalagi berwibawa. Tetapi Dia orang yang jujur walaupun tidak sempurna. Di hari ulang tahun perasaannya sederhana, gembira.

Disclaimer: Tahu dan tempe adalah makanan yang enak untuk hidup sehat. Tahu diri adalah cara sehat untuk hidup yang enak. Saya mengakui ini adalah tulisan saya, tapi tidak semua adalah ide saya. Rangkaian kata-kata cerita di atas jauh dari kata indah, terimakasih untuk banyak orang yang telah memberikan inspirasi.

Pages

@IoAddakhil. Diberdayakan oleh Blogger.