on Kamis, 19 September 2019
Setelah sekian lama akhirnya Saya menulis lagi. Kalau dilihat dari timeline tepat dua tahun yang lalu Saya terakhir menulis di Blog ini dan alasan untuk menulis itu selalu sama, ada yang menggelitik dihati ini yang ingin Saya ceritakan. Saya menulis cerita ini di Ibu Kota yang sedang dilanda cuaca kurang baik, udaranya tidak sehat dan membuat tenggorokan Saya selalu kering dan hidung terasa mampet.

Harus diakui saat ini dunia semakin berkembang dan terus akan maju, informasi dengan sangat mudah disampaikan melalui banyak saluran media. Saya yang pada dasarnya ingin selalu tahu hal apapun pada akhirnya keteteran dengan banyaknya informasi yang berseliweran dengan cepat, bahkan bisa dengan hitungan detik informasi dapat berubah dan bertambah. Dari sekian banyak informasi yang ada, Saya temukan satu istilah yang menarik yaitu: Sapioseksual. Saya banyak menemukan istilah tersebut di media social. Apa itu Sapioseksual ? Dikutip dari vice.com/id_id Sapioseksual adalah sebutan bagi orang-orang yang menganggap kecerdasan sebagai aspek paling berharga dalam hubungan asmara. Sapioseksual didefinisikan sebagai orang yang menganggap kecerdasan adalah hal yang paling menarik saat menyukai orang lain. Hal paling sederhana dari Sapioseksual adalah mencari pasangan yang memberikan percakapan menarik.

Saya tidak ingat atau kapan menyadari kalau diri Saya masuk dalam kategori Sapioseksual, sepertinya dimulai pada saat kuliah beberapa tahun yang lalu. Namun Saya merasa lebih mengetahuinya ketika masuk didunia kerja. Terlebih bukannya sombong, sekarang Saya bekerja disalah satu perusahaan terbesar di Negara ini dimana hanya orang-orang terbaik yang akan diterima untuk bekerja diperusahaan ini. Sehingga banyak orang-orang berotak cemerlang Saya temui. Namun lucunya tidak hanya ada orang pintar secara intelektual saja, pintar pada "mulut" nya pun ada ternyata disini. Maksudnya orang yang hanya pintar cari perhatian dan cari "muka" saja, namun pengetahuannya minim. Dan Saya selalu tidak nyaman bertemu dengan sosok orang seperti ini karena sering bikin ulah yang merugikan orang lain.

Saya selalu tertarik dengan perempuan yang berprestasi, penuh pengetahuan, tetapi tetap rendah hati. Perempuan yang memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik serta pintar mengelola emosinya. Dan beruntungnya kemarin Saya bertemu dengan Kamu.

"Pertemuan" yang datang dari unsur ketidak sengajaan yang pada akhirnya menjadi saling sapa, saling tanya, saling cerita. Saya yang terbiasa sendiri ini, hari-harinya menjadi lebih seru. Saling bercerita tentang hari yang Kita lalui, menertawakan banyak lelucon bersama, saling berbagi informasi, dan mendiskusikan berbagai banyak topik. Saya tidak akan perhan bosan dengan semua yang Kamu sampaikan, keluh kesahmu, serta intensitas dalam setiap obrolan. Dibanyak obrolan yang Kita lalui sebenarnya Saya berusaha mengenal sifatmu yang asing, beberapa kali juga Saya harus belajar keras untuk mengerti. Namun disitu Saya juga mulai menumbuhkan perasaan.

Saya ingat pertama kali kita "bertemu", jika Saya hitung sampai dengan Saya selesai menulis tulisan ini kurang lebih enam bulan berlalu. Setelah perkenalan Kita pada waktu itu, Saya melihat Kamu adalah orang yang cantik tapi ini semata bukan tentang parasmu, ada hal lain yang membuat Saya tertarik. Kamu begitu cerdas, memiliki keingintahuan yang tinggi, mandiri, percaya diri, meskipun sedikit ngambek-an. Walaupun begitu Saya rasa Kamu istimewa dan Saya yakin Kamu bukan orang biasa. Ada hal lain yang Saya suka darimu yang belum Saya temui sebelumnya, yang membuat Saya mencari tahu tentang Kamu lebih banyak. Ketika Kita berdiskusi atau ketika Saya bertanya Kamu berhasil membuat Saya tidak habis pikir, betapa cerdasnya Kamu.

Hari demi hari secara terselubung Saya jalani hari hari dengan pengharapan. Meskipun Saya belum banyak bercerita dengan Kamu tapi sedikitnya Saya pernah sampaikan, Saya ga mau hanya sebatas flirting saja terhadap Kamu. Saya sedang menyiapkan segalanya agar semuanya benar-benar siap. Saya belum bisa bercerita banyak karena terlalu takut realita yang terjadi tidak sesuai dengan imajinasi Saya selama ini. Saya berharap semua berjalan sesuai rencana Saya, karena Saya menyiapkan semuanya dengan kesungguhan. Sering kali Saya menanyakan kepada Tuhan tentang Kamu, tentang Kita. Bahkan dengan malu-malu Saya berdo'a suatu hal yang khusus tentang Kita. Saya menjaganya sekuat hati, Saya tidak suka dengan kebohongan untuk itu Saya berusaha selalu mengatakan apa adanya.

Seingat Saya sebanyak dua kali kita pernah berbincang melalui line telepon, suaramu menghangatkan dan menyegarkan hati. Disela-sela obrolan Kita tentang mimpi, masa lalu, pekerjaan dan rencana masa depan terbersit dibayangan senyum manismu. Tumbuh harapan pada hati kelak Saya dapat temui senyumanmu yang sesungguhnya, Saya menyukai harapan seperti itu. Dan jika satu hari nanti akhirnya takdir membawa Kita pada satu tempat yang sama, Saya harap Kita bertemu dalam keadaan baik-baik saja.Saya tidak membutuhkan drama untuk saat ini, namun naasnya Kita akhirnya beberapa kali berdebat untuk sesuatu yang semestinya belum perlu Kita debatkan dan belum Kita pahami. Tapi tak apa itu wajar saja pada akhirnya, Saya harus menghormati betul hasrat Kamu dan Saya pun mengerti Kamu banyak kecewa karena ekspektasimu banyak yang tidak bisa Saya penuhi. Percayalah Saya pernah bergumul dengan patah hati dan rasa yang ditimbulkannya tidak berdampak baik. Untuk itu pernah Saya katakan kepada Kamu, Saya akan menjaga hati Saya sampai Saya benar-benar siap. Disamping itu Saya juga sudah menyiapkan skenario terburuk jika realita yang terjadi pada akhirnya ternyata tidak sesuai dengan imajinasi yang Saya bayangkan selama ini.

Beberapa hari kemarin Saya mendatangi beberapa tempat yang pernah Kita bahas di Kota ini, harapannya sih Saya bisa datang ketempat itu bersama dengan Kamu. Tapi sayangnya Saya datang seorang diri. Sebenarnya Saya juga pernah merencanakan bertemu dengan Kamu dibeberapa kesempatan tapi sayangnya itu pun tidak pernah terjadi sampai dengan saat ini. Akan terdengar lucu karena pada saat itu Saya membayangkan menjadi seorang Jati Wesi tokoh dalam Novel Aroma Karsa yang mempunyai kepekaan terhadap bau-bauan, berharap bisa mencium aroma yang Kamu tinggalkan jika misalnya Kamu pernah mendatangi tempat yang kemarin Saya datangi. Atau sebaliknya Kamu akan menjadi Tanya Suma seorang hiporesmia yang peka dengan aroma tertentu mencium aroma yang Saya tinggalkan jika suatu saat Kamu datang ketempat yang pernah Saya kunjungi.

Apakah tulisan ini adalah merupakan seremonial perpisahan ? Bisa jadi ya ataupun tidak. Kemudian jika Kamu tanya bagaimana perasaan Saya ? Saya berbohong jika Saya katakan baik-baik saja, Saya memang tegar tetapi mengenai hal menata hati butuh proses dan waktu kan. Hari ini mau tak mau Saya jaga kembali perasaan Saya rapat-rapat. Saya akan kembali menjadi penanti yang setia, karena terkadang Saya harus mengalah pada kenyataan bahwa apa yang Saya harapkan tidak sama dengan apa yang Saya terima. Namun Saya selalu percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk Saya tepat pada waktunya.

Dan yang terjadi saat ini tampaknya lebih bijak. Saya pun harus adil terhadap Kamu, lagipula yang terjadi saat ini atas usul Saya juga bukan ? Ini bukan salah Kamu, karena memang Saya saja yang engga pernah cukup berani untuk menjelaskan apa yang seharusnya Kamu ketahui. Namun sekarang dimanapun keberadaanmu, percayalah saat ini Kamu masih ada dalam bagian diri Saya. Dari kejauhan Saya masih menjagamu dengan do'a do'a terbaik, sampai kapan ? Sampai Saya lupa, mungkin. Selebihnya, Saya minta maaf..

Pages

@IoAddakhil. Diberdayakan oleh Blogger.